Gunung Merapi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk nama gunung di Sumatera Barat dengan nama yang mirip, lihat
Gunung Marapi.
Merapi (ketinggian puncak 2.968 m
dpl, per 2006) adalah
gunung berapi di bagian tengah
Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di
Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi
Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi
Jawa Tengah, yaitu
Kabupaten Magelang di sisi barat,
Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta
Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan
Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami
erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun
1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.
Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak sekitar 27 km dari puncaknya, dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700
m dan hanya 4 km jauhnya dari puncak. Gunung ini adalah salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek
Gunung Api Dekade Ini (
Decade Volcanoes).
[1]
Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian
gunung berapi yang mengarah ke selatan dari
Gunung Ungaran. Gunung ini terletak di
zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah
Lempeng Eurasia. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi
vegetasi karena aktivitas vulkanik yang tumbuh di sisi barat daya puncak Batulawang yang lebih tua.
[2] Letusan-letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu (kala
Pleistosen),
[rujukan?] dan sampai 10.000 tahun lalu tipe letusannya adalah
efusif (leleran
lava). Setelah itu, letusannya juga bersifat
eksplosif (ledakan), dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun
1006,
1786,
1822,
1872, dan
1930. Letusan besar pada tahun
1006 membuat seluruh bagian tengah
Pulau Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.
[rujukan?] Diperkirakan, letusan tersebutlah yang menyebabkan pusat
Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke
Jawa Timur. Letusannya di tahun
1930 menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang.
[rujukan?]
Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran
awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan hulu Kali Bebeng karena terkena terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar selama 100 tahun terakhir, mengancam 32 desa
[3] dan memakan korban nyawa lebih daripada 100 orang (angka masih dapat berubah), meskipun pengamatan terhaedap Merapi telah sangat intensif dan manajemen pengungsian telah berfungsi relatif baik.
2006
Di bulan
April dan
Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah
Jawa Tengah dan
DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.
Pada tanggal
15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada
4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala
BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.
1 Juni,
Hujan abu vulkanik dari luncuran
awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di
Kota Magelang dan
Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah.
Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
[4]
8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan
awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu
Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara
Kaliadem di wilayah
Kabupaten Sleman.
[5]
2010
Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal
20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal
21 Oktober status berubah menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal
25 Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.
Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal
26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang ke Kaliadem, Desa
Kepuharjo, Kecamatan
Cangkringan, Sleman.
[6] 27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung teraktif di dunia ini pun meletus.
28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.
[7]
Letusan terbesar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak),
Kota Magelang, dan pusat
Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai
Tasikmalaya,
Bandung,
[8] dan
Bogor.
[9]
Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali Code, yang menampung aliran Kali Gendol, di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (
red alert).
[10]
Rute pendakian
Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer. karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari
Sèlo, satu kecamatan di
Kabupaten Boyolali,
Jawa Tengah, yang terletak di antara Gunung Merapi dan
Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu rata-rata 5 jam hingga ke puncak.
Jalur populer lain adalah melalui
Kaliurang, Kecamatan
Pakem,
Kabupaten Sleman,
Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari
Sawangan,
Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang,
Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah.